Tazkiyatun Nafs: Adab dan Tugas Murid


Seorang murid memiliki banyak adab dan tugas zhahir (nyata) yang tersusun dalam sepuluh bagian. 

Tugas pertama, mendahulukan penyucian jiwa daripada akhlak yang hina dan sifat-sifat tercela karena ilmu merupakan ibadah hati, shalatnya jiwa dan pendekatan batin kepada Allah SWT. Sebagaimana shalat yang harus zhahir dari hadats dan najis. Begitu pula ibadah batin dan menyemarakkan hati dengan ilmu, hati dan batin disucikan dari berbagai akhlak yang kotor dan sifat-sifat yang najis. Kata najis adalah ungkapan tentang sesuatu yang harus dijauhi dan dihindari.

Tugas kedua, mengurangi keterkaitannya dengan kesibukan dunia karena ikatan-ikatan itu hanya menyibukkan dan memalingkan. Jika pikiran terpecah, maka ia tidak dapat mengetahui berbagai hakikat. Oleh karena itu dikatakan, "ilmu tidak akan memberikan kepadamu sebagiannya sebelum kamu memberikan kepadanya seluruh jiwa kamu. Jika kamu telah memberikan seluruh jiwa kamu kepadanya namun ia hanya memberikan sebagian kepadamu, maka berarti kamu dalam bahaya".

Tugas ketiga, tidak sombong dan sewenang-wenang terhadap guru. Ia harus menyerahkan seluruh urusannya kepada guru dan mematuhi nasihatnya seperti orang yang sakit mematuhi dokter yang penuh kasih sayang dan mahir. Seharusnya, seorang murid bersikap tawadhu (rendah hati) kepada gurunya serta mencari pahala dan kemuliaan dengan berkhidmat kepadanya.

Tugas keempat, menjaga diri dari mendengarkan perselisihan di antara banyak orang, baik ilmu yang ia tekuni itu termasuk ilmu dunia atau ilmu akhirat karena hal itu akan membingungkan akal pikirannya sendiri, mematahkan pendapatnya, dan membuatnya berputus asa dari upaya pengkajian dan telaah yang mendalam.

Tugas kelima, seorang penuntut ilmu tidak meninggalkan satu cabang pun dari ilmu-ilmu yang terpuji. Sebaliknya, ia memperhatikan maksud dan tujuan ilmu itu kemudian memperdalamnya.

Tugas keenam, tidak sekaligus menekuni bermacam-macam cabang ilmu, melainkan memperhatikan urutan-urutannya dan memulai dari yang paling penting. Biasanya, umur tidak cukup untuk menekuni semua bidang ilmu, maka seorang penuntut ilmu cukup mengambil yang terbaik dan menyempurnakan ilmu yang paling mulia, yaitu ilmu akhirat.

Tugas ketujuh, hendaknya tidak memasuki sebuah cabang ilmu kecuali jika telah menguasai cabang ilmu yang sebelumnya karena ilmu-ilmu itu tersusun rapi secara berurut.

Tugas kedelapan, hendaklah seorang penuntut ilmu mengetahui faktor penyebab yang dengan pengetahuan itu ia dapat mengetahui ilmu yang lebih mulia. Faktor penyebab itu ada dua hal: mulianya hasil dan kekuatan dalil.

Tugas kesembilan, hendaknya tujuan penuntut ilmu di dunia ini adalah untuk menghiasi dan mempercantik batin dengan keutamaan, sedangkan di akhirat nanti untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. dan meningkatkan diri agar dapat berdekatan dengan makhluk tertinggi dari kalangan malaikat dan orang-orang yang didekatkan kepada Allah.

Tugas kesepuluh, hendaklah ia mengetahui nisbat (hubungan, pertalian) antara ilmu dan tujuan, yaitu mengutamakan yang tinggi dan dekat daripada yang jauh, juga mengutamakan yang penting daripada yang tidak. Maksud "yang penting" adalah apa yang menggelisahkan anda dan menjadikan anda gelisah adalah urusan dunia dan akhirat.

Wallahu'alam bishowab


A student has many adab and zhahir (real) tasks arranged in ten parts.

The first task, prioritizing purification of the soul rather than despicable morals and despicable qualities because knowledge is a heart worship, sholat of the soul and an inner approach to Allah swt. As for sholat that must be zhahir from hadats and unclean. Likewise, inner worship and enlivening the heart with knowledge, heart and mind are purified from various gross morals and unclean characteristics. The word “unclean” is an expression of something that must be shunned and avoided.

The second task was to reduce the connection with the busyness of the world because the bonds were only busy and deflect. If the mind is divided, then you cannot know various hakikat. Therefore it is said, "knowledge will not give you a part of it before you give it to your whole soul. If you have given all your souls to him but he only gives partial to you, it means you are in danger".

The third task, not arrogant and arbitrary towards the teacher. He had to hand over all his affairs to the teacher and obey his advice like a sick person obeys a doctor who is compasionate and proficient. Supposedly, a student behaves tawadhu (humble) to his teacher, seeks pahala and glory by obediently him.

The fourth task is to protect yourself from listening to disputes among many people, both the knowledge that he persevering includes world science or the hereafter because it will confuse his own mind, break his opinion, and make him despair of assessment and analysis.

The fifth task, a student does not leave even one branch of the commendable sciences. Instead, he pays attention to intent and purpose of the knowledge and then deepens it.

The sixth task, not at the same time pursue various branches of science, but pay attention to the sequences and start from the most important. Usually, age is not enough to pursue all fields of science, then a student is enough to take the best and perfect the noble knowledge, namely akhirat.

The seventh task, should not enter a branch of science unless it has mastered the previous branch of science because the sciences are arranged in order.

The eighth task, let a student knows the causal factors which with that knowledge he can know more noble knowledge. The causal factors are two things: the noble results and the power of the dalil.

The ninth task, should the goal of the student in this world is to decorate and beautify the mind with virtue, while in akhirat to draw closer to Allah swt. and improve themselves so they can be close to the highest creatures of angels and those who are brought near to Allah.

The tenth task, let him know the nisbat (relationship, connection) between knowledge and purpose, namely prioritizing the high and the near rather than the distant, also prioritizing the important rather than the not. The "important thing" is what troubles you are and makes you nervous is the business of the world and the akhirat.

Source pictures: pixabay.com

(Sorry if the translation is incorrect because to translating kitab of Tazkiyatun Nafs is very difficult. I have to understand the combination of arabic languange, indonesia languange and english languange so i can convey its meaning to readers. If any translation is incorrect please give me advise by comments this article. Thank you readers 😊)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal Mula Motto dan Semboyan Kota Balikpapan

What is Histopathology?

Sekoteng, Minuman Hangat di kala Hujan